Mengenal Peluang dan Tantangan Bonus Demografi

pixabay.com

Penduduk di dunia hingga saat ini berjumlah sekitar 7,4 milyar lebih dan Indonesia merupakan negara besar yang menyumbang jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Pada tahun 2015, jumlah penduduk di Indonesia mencapai hingga 255,18 juta jiwa. Jumlah tersebut tentunya tidak akan berhenti dan terus akan mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Dari survei yang dilakukan dari tahun 2000 hingga tahun 2015, jumlah penduduk di Indonesia mengalami perkembangan hingga 50.06 juta. Rata-rata setiap tahunnya, penduduk Indonesia bertambah hingga 3,33 juta jiwa. Sebagian besar penduduk Indonesia merupakan penduduk dengan usia muda. Dari kondisi tersebut, kita dapat melihat bahwa tingginya kelahiran di Indonesia tergolong tinggi. Dari jumlah kelahiran yang dialami oleh Indonesia muncul istilah bonus demografi. Istilah tersebut digunakan jumlah penduduk usia produktif lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk usia muda. Kondisi tersebut tentunya merupakan angin segar bagi negara tercinta kita ini. Keuntungan ekonomi merupakan dampak positif jika demographic dividend berlangsung dengan baik.

Peluang Bonus Demografi

Bonus demografi atau demographic dividend layak disebut sebagai pedang bermata dua. Jika pemerintah dapat mengambil potensi dari demographic dividend, pemerintah akan mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Sebaliknya, pemerintah akan mengalami kerugian selama demographic dividend tidak diolah dengan baik. Kondisi demographic dividend dilakukan dengan maksimal semenjak pemerintahan Jokowi Widodo. Isu-isu yang berkaitan dengan demographic dividend sendiri telah masuk ke dalam rencana pembangunan yang ia rencanakan selama masa jabatannya. Melihat dari isu mengenai demographic dividend, kitadapat melihat bahwa pemerintah telah memperhatikan kondisi demographic dividend dengan seksama. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi demographic dividend adalah dengan pemerataan pendidikan. Sesuai dengan 5 Demographic Questions, pendidikan menjadi poin penting yang masuk ke dalam demografi penduduk. Seperti yang kita ketahui, penduduk di Indonesia tidak mendapatkan pendidikan secara merata.  Ketidakmerataan pendidikan di Indonesia dapat terjadi akibat beberapa faktor. Perekonomian penduduk yang rendah dan akses pendidikan yang sulit di beberapa wilayah Indonesia menjadi alasan di balik pendidikan yang tidak merata.

Tantangan Bonus Demografi

Tidak hanya memberikan dampak baik bagi pemerintah, demographic dividend juga dapat merugikan pemerintah jika pemerintah Indonesia tidak mampu menyiapkan lapangan pekerjaan dan sumber daya manusia yang memadai. Seperti pembahasan sebelumnya, pendidikan di Indonesia di rasa kurang merata, khususnya di kawasan pelosok Indonesia. Dengan pendidikan yang rendah, sumber daya manusia Indonesia dirasa kurang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia Indonesia menempati posisi keenam dari kesepuluh negara anggota ASEAN. Sumber daya manusia asal Indonesia berada di bawah Singapura, Brunei, Malaysia, negara Thailand dan Filipina. Dilihat dari peringkat tersebut, sumber daya manusia asal Indonesia masih belum dapat disejajarkan dengan kelima negara ASEAN lainnya. Dengan sumber daya manusia berkualitas rendah, tak mengherankan jika penduduk Indonesia banyak ditemukan sebagai seorang asisten rumah negara yang bekerja di negara ASEAN lainnya. Tidak hanya sumber daya manusia yang rendah, berikut ini merupakan tantangan bonus demografi lainnya yang dialami oleh Indonesia:

  1. Ketersediaan lapangan kerja yang terbatas

Lapangan kerja yang terbatas menjadi tantangan yang berkaitan dengan demographic dividend. Dengan jumlah lapangan kerja yang terbatas, jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia menempati peringkat ketiga yang berkaitan dengan jumlah pengangguran. Guna mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia, sudah menjadi hal wajib bagi pemerintah untuk membuka lapangan kerja yang sebesar-besarnya. Tidak hanya mengurangi jumlah pengangguran, terbukanya lapangan pekerjaan mampu menarik penduduk usia produktif yang dapat melakukan persaingan positif di dunia kerja.

  1. Penduduk usia muda yang terus bertambah

Masalah yang dapat terjadi akibat demographic dividend adalah jumlah penduduk usia muda yang mengalami peningkatan. Dengan jumlah penduduk usia muda yang tinggi, jumlah perokok usia remaja juga mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah perokok usia muda bahkan dapat mencapai hingga 54,8 %. Jumlah perokok yang tinggi menyebabkan tingkat kesehatan penduduk Indonesia mengalami penurunan. Penyakit jantung koroner dan penyakit katastropik menjadi jenis penyakit yang sering muncul. Tidak hanya itu, jumlah penyakit paru-paru juga mengalami peningkatan setiap tahunnya akibat banyaknya jumlah perokok di Indonesia. Angka kematian bayi yang bertambah menjadi dampak lainnya dari banyaknya jumlah penduduk muda yang merokok.

  1. Tingkat angkatan kerja yang bertambah di perkotaan

Tantangan lain yang dihadapi oleh pemerintah akibat demographic dividend adalah tingkat angkatan kerja yang bertambah di daerah perkotaan dan rendahnya jumlah angkatan kerja di pedesaan. Dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja membuat kebutuhan akan tempat tinggal juga mengalami peningkatan. Angkatan kerja di perkotaan yang meningkat membuat lahan-lahan kosong di perkotaan semakin berkurang. Wilayah di perkotaan akan menyempit dan dapat mengurangi kenyamanan bagi penduduk yang tinggal di daerah perkotaan.

  1. Penduduk usia produktif yang tidak dapat dimanfaatkan dengan baik

Akibat jumlah penduduk yang bertambah setiap tahunnya, jumlah penduduk usia produktif tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Hal tersebut dapat terjadi lantaran timbulnya persaingan yang tinggi antar penduduk. Jika usia produktif tidak dimanfaatkan dengan baik, akan ada banyak penduduk usia produktif yang menjadi pengangguran.